Tentang Saya

Foto saya
Status dosen tetap di jurusan Analis Kesehatan Poltekkes kemenkes Banjarmasin, melalui blog ini saya ingin berbagi pada teman-teman yang menyukai perkembangan bidang kesehatan, terutama tentang manajemen kesehatan dan Laboratorium Kesehatan. Blog ini menyajikan berbagai materi perkuliahan, artikel, hasil penelitian bidang laboratorium kesehatan. Selain itu saya juga dosen pada PSKM Unlam, Akademi Kebidanan dan Akademi Keperawatan di Banjarmasin, Banjarbaru & Martapura. Buku yang telah telah diterbitkan oleh EGC Penerbit Buku-Buku Kedokteran Jakarta tahun 2009 berjudul Parasitologi Untuk Keperawatan. Buku lainnya yang telah disusun dan belum diterbitkan diantaranya buku Helmintologi Medik dan Protozoologi Medik untuk Analis Kesehatan.

Selasa, 17 Agustus 2010

Klinis dan diagnosis E.histolitica


Posted By Muhamad Muslim : Modul Protozoologi.2.2.08.10

Gejala klinis
Masa akut penderita yang diserang Entamoeba histolitica terjadi pada masa inkubasi antara 1–4 minggu, terjadinya disentri berat, tinja sedikit berdarah, nyeri & demam, dehidrasi, toksemia, kelemahan badan nampak nyata, pemeriksaan jumlah leukosit berkisar antara 7.000 s/d 20.000/mm3, dan ditemukannya bentuk tropozoit pada tinja encer penederita. Gejala-gejala klinik yang terjadi, tergantung pada lokalisasi invasi Entamoeba histolitica, dan dapat dikelompokkan sebagai berikut : (1) Amoebik Diarre ; merupakan gejala yang terbanyak (50%), dengan sifat-sifat sebagai berikut : diarre yang frekuent, terutama terjadi dari mukosa dan darah (jumlah feses hanya sedikit), kadang-kadang dapat terjadi obstipasi.  (2) Amoebik Disentri : dengan sifat-sifat sebagai berikut : defikasi yang frekuent, adanya febris, adanya tenesmus, feses terdiri dari sel mukosa dan darah.  (3) Amoebik Appendicitis : mempunyai sifat-sifat : prosesnya subjek akut / kronis, tanpa adanya febris, dengan pemberian antibiotika (tidak efektif), merupakan kontra indikasi untuk operasi. (4) Amoebik pada caecum dan colon assendens : amoebik ini menimbulkan keradangan pada caecum dan colon assendens.  (5) Amoebik Granuloma : terjadi karena adanya penebalan-penebalan pada dinding colon akibat terjadinya amoebiasis kronis. Biasanya terjadi di caecum sampai dengan rektum, dan amoeba ini harus dibedakan dengan carsinoma.  (6) Amoebik Abses : merupakan proses ekstra intestinal (emoebik hepatis), dengan gejala-gejala sebagai berikut : nyeri pada epigastrium kanan, penderita apabila berjalan akan membungkuk, adanya febris, malaise, kadang-kadang disertai ikterus.  (7) Amoebik Kulit : menunjukkan gejala : kulit tampak kemerahan, adanya ekskresi yang berwarna coklat kehijauan, jika terjadi infeksi skunder, maka pada pemeriksaan sekret ini steril.  (8) Amoebiasis Vagina : mempunyai sifat-sifat : adanya flour albus, adanya ulkus pada labia mayora, keadaan ini harus dibedakan dengan penyakit lues.

    Diagnosis
    Amebiasis kolon akut.
    Diagnosis klinis ditetapkan bila terdapat sindrom disentri disertai sakit perut (mules). Biasanya gejala diare berlangsung tidak lebih dari 10 kali sehari. Gejala tersebut dapat dibedakan dari gejala penyakit disentri basilaris. Pada disentri basilaris terdapat sindrom disentri dengan diare yang lebih sering, kadang-kadang sampai lebih dari 10 kali sehari, terdapat juga demam dan leukositosis. Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan menemukan Entamoeba histolytica bentuk histolitika (tropozoit) dalam tinja.
    Amebiasis kolon menahun.
    Biasanya terdapat gejala diare yang ringan diselingi dengan obstipasi. Dapat juga terjadi suatu eksaserbasi akut dengan sindrom disentri. Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan menemukan E. histolytica bentuk tropozoit dalam tinja. Bila amoeba tidak ditemukan, pemeriksaan tinja perlu diulangi 3 hari berturut-turut. Reaksi serologi perlu dilakukan untuk menunjang diagnosis. Proktoskop dapat digunakan untuk melihat luka yang terdapat di rektum dan untuk melihat kelainan di sigmoid digunakan sigmoidoskop.
    Amebiasis Hati.
    Secara klinis dapat dibuat diagnosis bila terdapat gejala berat badan menurun, badan terasa lemah, demam, tidak nafsu makan disertai pembesaran hati yang nyeri bila ditekan. Pada pemeriksaan radiologi biasanya didapatkan peninggian diafragma, pemeriksaan darah menunjukkan adanya leukositosis. Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan menentukan E. histolytica bentuk tropozoit dalam biopsi dinding abses atau dalam aspirasi nanah abses. Bila amoeba tidak ditemukan, dilakukan pemeriksaan serologi, antara lain dengan menggunakan tes hemaglutinasi indirect atau tes imunodifusi.

    Tidak ada komentar: