Tentang Saya

Foto saya
Status dosen tetap di jurusan Analis Kesehatan Poltekkes kemenkes Banjarmasin, melalui blog ini saya ingin berbagi pada teman-teman yang menyukai perkembangan bidang kesehatan, terutama tentang manajemen kesehatan dan Laboratorium Kesehatan. Blog ini menyajikan berbagai materi perkuliahan, artikel, hasil penelitian bidang laboratorium kesehatan. Selain itu saya juga dosen pada PSKM Unlam, Akademi Kebidanan dan Akademi Keperawatan di Banjarmasin, Banjarbaru & Martapura. Buku yang telah telah diterbitkan oleh EGC Penerbit Buku-Buku Kedokteran Jakarta tahun 2009 berjudul Parasitologi Untuk Keperawatan. Buku lainnya yang telah disusun dan belum diterbitkan diantaranya buku Helmintologi Medik dan Protozoologi Medik untuk Analis Kesehatan.

Senin, 16 Agustus 2010

Entamoeba histolytica

Posted By Muhamad Muslim : Modul Protozoologi.2.2.08.10

Entamoeba histolytica merupakan suatu parasit yang sering ditemukan dalam usus besar manusia, primata tingkat tinggi tertentu, beberapa binatang jinak rumahan dan komensal. Sebagian besar kasusnya bersifat asimptomatik kecuali pada manusia atau di antara binatang yang hidup dalam keadaan tertekan atau dalam keadaan yang tidak alamiah (misalnya pada primata yang ada di kebun binatang). Manusia merupakan definitif host, dan kucing, anjing, kera, tikus, marmot merupakan reservoir host dari parasit ini.

Losch (1875), menemukan amoeba pada autopsi penderita yang meninggal, oleh karena sindroma disentri, namun saat itu belum diketahui agennya. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Kartulis (1887), dimana hasilnya masih belum dapat menerangkan hubungan antara Entamoeba histolytica dengan penyakit disentri. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Councilman & Lufleur (1901) yang menerangkan hubungan antara patologi disentri dengan abses hati, Schaudinn (1903) dapat menerangkan perbedaan antara Entamoeba histolitica dengan Entamoeba coli.

Walker dan Sellards (1923), melakukan penelitian tentang patogenitas dari Entamoeba histoliyica, dengan mengadakan percobaan-percobaan yang dikerjakan di Philipina, dan hasilnya dapat menerangkan patogenitasnya yang dianut sampai sekarang. Sedangkan Dablew dan Elsdew (1925-1926), melakukan percobaan-percobaan pembiakan (culture) dengan menggunakan media yang bersuasana anaerobik, ternyata Entamoeba histolitica dapat berkembang biak dengan baik, akan tetapi sifatnya menjadi nonpatogen. Jadi sampai sekarang ini bagaimana mekanisme patogenitas dari Amoeba masih belum dapat dijelaskan.

Entamoeba histolytica dapat menimbulkan penyakit disentri amoeba, disamping itu penyakit disentri juga dapat terjadi, karena disebabkan oleh bakteri atau basil yang disebut dengan disentri Basiler (shigellosis).

Distribusi Geografis
Amebiasis terdapat di seluruh dunia (kosmopolit) terutama di daerah tropik dan daerah beriklim sedang, dengan prevalensi 0,5 – 50 %,  di Indonesia (endemik) 10 – 18 %, di RRC, Mesir, India, dan Belanda 10,1 – 11,5 %, Negara di Eropa Utara 5- 20 %, dan Eropa Selatan 20 –51 %.  

Morfologi Entamoeba histolitica
Entamoeba histolitica memiliki bentuk, tropozoit,dan kista. Bentuk tropozoit merupakan bentuk invasive dan umumnya berhabitat pada usus besar (dalam jaringan mukosa atau sub mukosa), sedangkan kista berada di lumen usus.

Bentuk tropozoit berukuran antara 15 - 60 µm, Ektoplasma (ecto) berwarna  jernih dan homogen, berfungsi untuk  pergerakan (psd = pseudopodi),  menangkap makanan  dan membuang  sisa-sisa makanan  serta sebagai alat pernapasan dan alat proteksi. Endoplasma (endo) berwarna keruh, didalamnya banyak terdapat granula-granula, vakoule-vakoule (vac), butir-butir kromaatin dan butir-butir eritrosit, berfungsi untuk mencernakan makanan dan menyimpan makanan. Di dalam Nukleus (nu) terlihat nukleolus “Endosom” atau “kariosome”(ka) dan letaknya di tengah-tengah. Halo, merupakan zone yang jernih yang mengelilingi kariosome. Selaput  inti, merupakan  kromatin granula yang tersusun halus dan rata. Dengan  melihat  nukleus ini  kita   dapat mengidentifikasi genus dan spesies.


Bentk kista terdiri dari Nukleus (nu) yang mempunyai  lensa terletak di tepi, karena terdesak glikogen vakuole yang besar dike­lilingi kromidial (cb ; cromidial bars) yang berbentuk batang. Dinding dibentuk  dari ektoplasma  dan   berfungsi sebagai alat pelindung. Kista tidak bergerak dan tidak makan, kista berkembangbiak dengan jalan membe­lah,  mula-mula kista  berinti  1  menjadi berinti  2,  selanjutnya kista berinti  4, dan biasanya  tidak terdapat glikogen  vakuole. Stadium kista berinti 4 merupakan stadium menular dan memegang  peran sebagai  penyebar  penyakit disentri amoebiasis.

   

1 komentar:

Anonim mengatakan...

terima kasih pa ttg pngtahuannya ,,,,,,,
ini sngat mmbantu saya dlam praktikum parasitologi 2 ..

Dari : arief rahman hakim , analis kesehatan borneo lestari .