Tentang Saya

Foto saya
Status dosen tetap di jurusan Analis Kesehatan Poltekkes kemenkes Banjarmasin, melalui blog ini saya ingin berbagi pada teman-teman yang menyukai perkembangan bidang kesehatan, terutama tentang manajemen kesehatan dan Laboratorium Kesehatan. Blog ini menyajikan berbagai materi perkuliahan, artikel, hasil penelitian bidang laboratorium kesehatan. Selain itu saya juga dosen pada PSKM Unlam, Akademi Kebidanan dan Akademi Keperawatan di Banjarmasin, Banjarbaru & Martapura. Buku yang telah telah diterbitkan oleh EGC Penerbit Buku-Buku Kedokteran Jakarta tahun 2009 berjudul Parasitologi Untuk Keperawatan. Buku lainnya yang telah disusun dan belum diterbitkan diantaranya buku Helmintologi Medik dan Protozoologi Medik untuk Analis Kesehatan.

Senin, 30 Agustus 2010

Peran Labkes Dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Masyarakat

Posted by Muhamad Muslim

Pendahuluan
Laboratorium Kesehatan merupakan salah satu sarana kesehatan yang diharapkan mampu memberikan pelayanan terbaik terhadap kebutuhan individu dan masyarakat dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010 yang berperan sebagai pendukung maupun penegak dari sebuah diagnosis penyakit dalam upaya peningkatan kesehatan yang optimal. Menurut Kep.Menkes No.943/Menkes/SK/VIII/2002 yang dimaksud dengan Laboratorium Kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasala manusia untuk penentuan jenis penyakit, kondisi kesehatan atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan peroarangan dan masyarakat
Sebagai bagian yang integral dari pelayanan kesehatan, pelayanan laboratorium sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan berbagai program dan upaya kesehatan, dan dimanfaatkan untuk keperluan penegakan diagnosis, pemberian pengobatan dan evaluasi hasil pengobatan serta pengambilan keputusan lainnya. Oleh karena itu mutu pelayanan laboratorium kesehatan haruslah baik dan bermutu agar dapat memberikan hasil pemeriksaan laboratorium yang tepat, teliti, benar, dapat dipercaya dan memuaskan pengguna jasa.
Dalam penatalaksanaan penyakit secara umum kita mengenal proses penanganan pasien yang diawali dengan : anamnesa pasien dan pemeriksaan fisik. Dalam kasus ringan mungkin dokter atau pengguna jasa lain dapat segera menentukan diagnosa sehingga langsung dapat memberikan terapi. Namun pada kasus-kasus yang lebih serius, pemeriksaan laboratorium menjadi  sangat dibutuhkan dalam penentuan diagnosa, prediksi, terapi dan pemantauan suatu penyakit. Maka sebagai konsekuensi, hasil pemeriksaan laboratorium yang berkualitas/bermutu sangat diperlukan oleh dokter atau pengguna jasa lainnya agar diagnosa dapat ditegakkan dan terapi yang diberikan menjadi lebih tepat dan efisien. 
Pemberian pelayanan Laboratorium Kesehatan di masyarakat dapat kita jumpai dalam bentuk pelayanan terintegrasi dengan pelayananan kesehatan lainnya (misalnya ; laboratorium di rumah sakit dan puskesmas), dan dalam bentuk pelayanan tersendiri atau mandiri (Balai laboratorium kesehatan, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan & Laboratorium Kesehatan Swasta/LKS).

Jenis Laboratorium Kesehatan
Berdasarkan fungsinya laboratorium tersebut dikelompokkan menjadi laboratorium klinik dan laboratorium kesehatan masyarakat. Laboratorium klinik berfungsi sebagai laboratorium yang melakukan pemeriksaan pada bidang hematologi, kimia klinik, parasitologi klinik, imunologi klinik, patologi anatomi dan atau bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Sedangkan laboratorium kesehatan masyarakat merupakan laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang mikrobiologi, fisika, kimia atau lingkungan terutama untuk menunjang upaya pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Jenis laboratorium klinik umumnya diselenggarakan di rumah sakit umum dan bersalin, dan laboratorium klinik swasta,  serta puskesmas. sedangkan penyelenggaraan laboratorium kesehatan masyarakat umumnya dilaksanakan di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan. Sementara sampai saat ini fungsi Balai Labkes merupakan laboratorium yang mampu menyelenggarakan pelayanan klinik dan kesehatan masyarakat.
Laboratorium klinik terdiri dari laboratorium klinik umum dan khusus. Laboratorium klinik umum melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang hematologi, kmia klinik, mikrobiologi klinik, parasitologi klinik & imunologi klinik serta bidang lainnya, sedangkan laboratorium klinik khusus hanya melaksanakan pelayanan satu bidang pemeriksaan khusus (misalnya ; khusus mikrobiologi, parasitologi, patologi anatomi dll) dengan kemampuan pemeriksaan tertentu. Berdasarkan keterbatasan dan keluasan kemampuan parameter pemeriksaan yang dapat dilakukan oleh suatu laboratorium maka laboratorium kesehatan tersebut diklasifikasi menjadi laboratorium pratama dan utama.

Penyelenggara dan Pengguna jasa Labkes
Penyelenggara sarana laboratorium kesehatan bisa dilakukan oleh pemerintah (pusat/daerah) atau swasta, baik secra perseorangan atau berbadan hukum sesuai dengan persyaratan jenis dan fungsi laboratorium yang diatur berdasarkan undang-undang dan peraturan pemerintah, dan secara lebih khusus terhadap penyelenggaraan pelayanan laboratorium kesehatan ini pemerintah telah mengeluarkan aturan main dalam bentuk Kep.Menkes No.04/Menkes/SK.I/2002 tentang Laboratorium Kesehatan Swasta. Dalam peraturan tersebut laboratorium kesehatan swasta terdiri dari laboratorium klinik dan laboratorium kesehatan masyarakat.
Umumnya yang membutuhkan jasa laboratorium kesehatan tersebut adalah sarana kesehatan pemerintah dan swasta, dokter, dokter gigi, bidan, instansi pemerintah untuk kepentingan penegakan hukum, atau oleh masyarakat langsung (namun untuk kebutuhan diagnosis penyakit diharuskan melalui petunjuk dokter).
Dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat terhadap kondisi kesehatan individunya, maka ke depan nantinya mereka dapat menggunakan pelayanan laboratorium kesehatan tersebut secara lebih efisien dan efektif sehingga kebutuhan untuk mengetahui dan mendeteksi secara dini kesehatan dirinya tidak selalu harus dengan rujukan dari tenaga medis lainnya (terutama parameter pemeriksaan yang berhubungan dengan upaya pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan).

Produk Laboratorium Kesehatan
Laboratorium kesehatan merupakan sarana pelayanan jasa yang menghasilkan produk berupa sekumpulan data yang akan digunakan sebagai bahan informasi bagi pihak tertentu dalam upaya mendukung dan penegakan diagnosis, evaluasi terhadap proses pengobatan, informasi terhadap adanya suatu kasus di masyarakat dan lain sebagainya. Sebagai sebuah sarana kesehatan yang menghasilkan data yang akan digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan dan tindakan bagi pengguna jasa tersebut maka kehandalan hasil pemeriksaan tersebut sangat diutamakan. Hasil pemeriksaan dikatakan handal jika hasil pemeriksaan tersebut memenuhi syarat ketelitian, ketepatan hasil pemeriksaan, memiliki sensitivitas dan spesifisitas metode yang tinggi. Apabila hasil pemeriksaan laboratorium yang dikeluarkan oleh laboratorium tersebut handal menunjukkan laboratorium tersebut memiliki kualitas yang baik, dan untuk menunjang kualitas Laboratorium kesehatan tersebut maka 3 (tiga) faktor utama yang perlu diperhatikan, yaitu : Manajemen, Sumber Daya Manusia, dan Sarana Alat & Reagensia.
Sampai saat ini sarana laboratorium kesehatan di Kalimantan Selatan umumnya memberikan pelayanan laboratorium klinik, terutama yang diselenggarkan oleh laboratorium rumah sakit, Balai labkes dan laboratorium klinik swasta, dengan parameter pemeriksaan pada bidang hematologi, kimia klinik, parasitologi klinik, imunologi klinik, patologi anatomi. Parameter pemeriksaan tersebut ditujukan untuk mendukung dan mendiagnosis terhadap fungsi-fungsi organ seperti jantung, paru, hati, pankreas, ginjal dan lain-lain. Disamping itu pula untuk mendeteksi adanya penyakit-penyakit infeksi yang mungkin diderita oleh pasien seperti penyakit yang disebabkan oleh berbagai kuman atau bakteri, virus dan parasit/jamur serta mikroorganisme lainnya.
Untuk menjamin agar hasil pemeriksaan di laboratorium klinik ini berkualitas baik, yaitu memiliki ketelitian dan ketepatan yang tinggi maka seluruh kegiatan dilaboratorium mulai dari kegiatan pra analitik (Persiapan pasien, Pengambilan dan Penampungan spesimen, Penanganan spesimen, Pengiriman specimen, serta Pengolahan dan Penyimpanan specimen), analitik (Pemeriksaan spesimen, Pemeliharaan dan Kalibrasi alat, Uji kualitas Reagen, Uji Ketelitian, dan Uji Ketepatan), pasca analitik (pencatatan dan pelaporan hasil pemeriksaan) harus terkontrol dengan baik dan benar, dan jika ini dilakukan oleh laboratorium maka umumnya jarang dijumpai adanya keluhan bagi pengguna jasa.

Jumat, 27 Agustus 2010

Siklus Hidup dan Patogenesis Entamoeba histolitica

Posted By Muhamad Muslim : Modul Protozoologi.2.2.08.10

Siklus Hidup
            Kista matang dikeluarkan bersama tinja penderita (1).  Infeksi Entamoeba histolytica oleh kista matang berinti empat (2) tinja terkontaminasi pada makanan, air, atau oleh tangan.  Terjadi ekskistasi (3) terjadi dalam usus dan berbentuk tropozoit  (4)  selanjutnya, bermigrasi ke usus besar.  Tropozoit memperbanyak diri dengan cara membelah diri (binary fission) dan menjadi kista (5), menumpang dalam tinja (1).  Karena untuk mempertahankan dirinya, kista akan dapat bertahan beberapa hari sampai dengan berminggu-minggu pada keadaan luar dan penyebab penularan.  (bentuk tropozoit selalu ada pada tinja diare, namun dengan cepat dapat dihancurkan oleh tubuh, dan jika tertelan bentuk ini tidak dapat bertahan saat melewati lambung)  dalam banyak kasus, tropozoit akan kembali berkembang menuju lumen usus (A: noninvasive infection) pada carier yang asimtomatik, kista ada dalam tinjanya.  Pasien yang diinfeksi oleh tropozoit di dalam mukosa ususnya (B: intestinal disease), atau, menuju aliran darah, secara ekstra intestinal menuju hati, otak, dan paru (C: extraintestinal disease), dengan berbagai kelainan patologik. 


Patogenesis 


Patogenesis yang disebabkan oleh Entamoeba histolitica dapat terjadi dalam 2 fase, yaitu ;  

Fase Primer : pada fase ini penderita mengalami Amebiasis Intestinal, dan organ yang diserangnya adalah bagian caecum yang terutama, serta bagian-bagian yang lain, hal ini sangat tergantung pada : a.resistensi hostnya sendiri, b) virulensi dari strain amoeba, c) kondisi dari lumen  usus/dinding usus, seperti infek atau tidaknya dinding usus, d) kondisi makanan, apabila makanan banyak mengandung karbohidrat, maka amoeba tersebut menjadi patogen, dan e) keadaan normal flora usus.  Adanya assosiasi amoeba dengan bakteri-bakteri tertentu, akan menentukan sifat amoeba menjadi aktif, yaitu mengadakan lesi pada usus dan pada umumnya sampai mencapai mukosa. Gambaran lesi pada usus  (mukosa), tampak adanya nekrosis tanpa reaksi keradangan, kecuali bila ada sekunder infeksi. Pada keadaan lanjut proses ini dapat sampai ke submukosa dan dari sini amoeba akan ke sirkulasi darah, selanjutnya akan timbul lesi-lesi ekstra intestinal. Bentuk lesi berupa settle neck ulcus. Sekunder infeksi biasanya oleh kuman-kuman : Clostridium perfringens, Shigella dan umumnya prognosa menjadi jelek, sebab terjadinya gangren usus, serta sering menyebabkan kematian penderita. 
Pada ulkus yang dalam (sampai mencapai subjek-mukosa), sering terjadi perdarahan-perdarahan ini dapat dilihat pada feses penderita, kadang-kadang dapat dilihat adanya sel-sel mukosa. Disamping itu ulkus yang dalam ini juga dapat menyebabkan terjadinya perforasi, hingga prognosa akan menjadi jelek.

Fase Sekunder : terjadi pada amebiasis ekstra intestinal. Proses ekstra intestinal ini dapat terjadi akibat penyebaran parasit secara hematogen, dan organ yang sering terkena adalah: hepar (hati) yang dapat menimbulkan amoebik hepatis dan selanjutnya akan menimbulkan abses hepatikum. Abses hepatikum ini dapat single atau multiple dan 85 % pada lobus di ekstra. Selanjutnya dapat terjadi pula amoeba ekspansi karena pecahnya abses hati atau secara hematogen, yaitu pada : pleura, paru-paru, kulit, dan adanya ulcerasi pada sigmoid dan rektum akan dapat menyebabkan komplikasi atau akan berekspansi ke vagina bagi penderita wanita. Proses amoebiasis ekstra intestinal dapat terjadi dengan cara sebagai berikut :  (1)amebiasis hati : terjadi karena abses hati terutama pada posteosuperior lobus kanan, dengan gejala klinis : nyeri daerah hipokondrium kanan, demam disertai ikterus, hepatomegali (diare dan disentri negative), jika tidak diobati/tidak sempurna maka abses berkembang berbagai arah yang akan menyebabkan abses organ sekitar. komplikasi pecahnya abses hati kanan mengakibatkan kelainan kulit, paru, rongga pleura kanan, diafragma dan rongga peritoneum.  (2) amebiasis kulit terjadi karena abses hati kanan pecah sehingga mengakibatkan granuloma kutis. (3) amebiasis paru terjadi karena abses hati kanan pecah, kemudian masuk ke daerah organ paru, sputum berwarna coklat merah tua dan dapat ditemukan tropozoit pada bahan sputum. (4) amebiasis pleura kanan terjadi karena abses hati kanan pecah, dan menyerang empiema torax.  (5) Diafragma terkena jika abses hati kanan pecah, kemudian terjadi abses subfrenik  (6) Rongga peritoneum dapat terkena jika abses hati kanan pecah dan menyerang bagian rongga peritonium dan menyebabkan peritonitis umum. (7) erebral amoebiasis, terjadi karena komplikasi dari abses hati atau dari paru (kasus jarang). (8) Abses limpa, terjadi karena komplikasi amubiasis hati atau langsung penularan dari tropozoit kolon. 
      Jika komplikasi terjadi karena pecahnya abses hati kiri, maka akan terjadi kelainan pada daerah lambung, rongga perikardium, kulit & rongga pleura kiri, hal ini dapat mengakibatkan gejala klinis sebagai berikut : 1) pada lambung dapat terjadi hematemesis. 2) pada rongga perikardium; dapat perikarditis purulen yang dapat menyebabkan kematian. 3) amoebiasis organ lain : Pulmonary amoebiasis 

            Protozoologi Medik (Pendahuluan)

            Posted by : Muhamad Muslim ; Modul 1 "Protozoologi.1.08.10"

            Tujuan Umum : mahasiswa memahami pengertian, morfologi umum, penularan dan pencegahan terhadap penyakit protozoa

            Tujuan Khusus agar mahasiswa mampu :
            1. menyebutkan berbagai istilah dalam pengertian parasitologi
            2. menjelaskan pengertian parasitologi
            3. menjelaskan pengertian protozoologi
            4. menjelaskan morfologi umum protozoa
            5. menjelaskan siklus hidup protozoa
            6. menjelaskan cara penularan protozoa
            7. menjelaskan cara diagnosis protozoa
            8. menjelaskan cara pencegahan terhadap penyakit protozoa


            Parasitologi  adalah  suatu  ilmu  yang  mempelajari  segala sesuatu mengenai parasit, termasuk hubungan antara parasit itu sendiri dengan hostnya (tuan rumah). Parasitologi berasal dari kata parasitos yang artinya organisme yang mengambil makanan dan logos yang artinya ilmu atau telaah. Parasit-parasit  itu hidup dan berkembang  biak  pada  atau di dalam suatu organisme hidup yang lain, jada parasitologi adalah suatu ilmu yang mempelajari organisme-organisme yang hidupnya sementara atau tetap di dalam atau dipermukaan organisme lain yang dihinggapi untuk mengambil makanan secara keseluruhan atau sebagian dari organisme yang ditumpanginya tersebut. Parasitologi medik yang akan dibicarakan ini merupakan ilmu yang mempelajari parasit yang menghinggapi manusia dan dapat menyebabkan penyakit, kelainan atau kematian. Parasitolo­gi yang menghinggapi manusia ini dapat dikelompokkan menja­di 2 (dua) golongan besar, terdiri dari :
            (1) Fitoparasit; yaitu parasit yang termasuk dalam golongan tumbuh-tumbuhan, dan dapat dipelajari pada rumpun ilmu; Bakteriologi (ilmu kuman-kuman), Mikologi (ilmu jamur) dan Virologi (ilmu virus). (2) Zooparasit; yaitu  parasit yang termasuk golongan  binatang,  biasanya dipelajari dalam ilmu parasitologi.  Dalam  ilmu parasitologi terkandung tiga bagian pokok bahasan yang  penting dalam ilmu kedokteran, yaitu ; Protozoologi (ilmu protozoa), membicarakan filum Protozoa. Helmintologi (ilmu cacing), membicarakan filum Nemathelminthes dan Platyhelminthes. Entomologi (ilmu serangga), membicarakan filum Arthropoda. (3) Spirokhaeta dan virus; suatu mikroorganisme berukuran ultra mikroskopis dan struktur selnya lebih sederhana daripada golongan jamur, bakteri maupun protozoa.
             

            Pengertian parasitologi yang banyak dibahas dan akan dipelajari dalam modul ini adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari parasit-parasit golongan zooparasit. Ilmu-ilmu parasit ini mempunyai peranan yang penting dalam ilmu kedokteran,  dan tidak dapat dipisah-pisahkan antara satu dengan yang lainnya, dengan kata lain saling isi mengisi. Misalnya Entomologi medik (Arthropoda) sebagian besar merupakan vektor biologis atau dapat dikata­kan sebagai tuan rumah perantara (intermediate host), dan juga dapat sebagai vektor mekanik dari kedua golongan parasit tersebut (Protozoa dan Helminthes). Buku ini khusus akan membicarakan Protozoologi. Protozoa adalah hewan bersel satu yang terdiri dari nukleus dan sitoplasma, hidup sendiri atau dalam bentuk koloni. Protozoa berasal dari kata proto = pertama,  dan zoon = hewan. Protozoa adalah parasit yang tubuhnya terdiri dari satu sel, akan tetapi telah memiliki fungsi yang lengkap, yaitu fungsi reproduksi untuk memperbanyak jumlah keturunannya, memiliki alat pencernaan makanan, sistem respirasi,  organ ekskresi dan struktur untuk mempertahankan hidupnya. Dengan demikian tiap protozoa merupakan kesatuan yang lengkap yang sanggup melakukan fungsi kehidupan yang pada organisme lebih besar dilakukan oleh sel-sel khusus. Kebanyakan protozoa hidup bebas, tetapi beberapa jenis hidup sebagai parasit, setelah menyesuaikan diri dengan kehidupan yang berlainan di dalam tubuh hospes.

            Struktur Protozoa 
            Setiap sel protozoa terdiri dari sitoplasma dan inti (nukleus). Sitoplasma terdiri dari ektoplasma (bagian luar) dan endoplasma (bagian dalam). Ektoplasma bersifat padat dan mempunyai struktur yang elastis dengan fungsi sebagai berikut: 1)  fungsi protektif bertugas untuk melindungi diri, dengan cara membungkus dirinya dalam bentuk kista. 2) fungsi lokomotif bertugas untuk melakukan pergerakan. Bentuk lokomotif dari protozoa ini dapat berupa flagel (cambuk), silia (bulu getar), dan pseudopodi (kaki semu). 3) fungsi sensoris bertugas untuk mengenal lingkungannya. 4) fungsi alat pembuang sisa-sisa metabolisme protozoa, berupa vakuol kontraktil walaupun alat ini berada dalam endoplasma tetapi dibentuk oleh ektoplasma. 5) Organ-organ pencernaan makanan berupa ; sel-sel mulut, sitostoma, sitofaring Endoplasma (bagian dalam) merupakan bahan yang keruh atau konsistensinya seperti sirup, dimana  di dalamnya  banyak terdapat  vakuola-vakuola,  seperti  ; kontraktil vakoela,  food vakoela dan sebagainya. Endoplasma adalah bagian dari sitoplasma yang terletak disebelah dalam, berbentuk granul dan mempunyai fungsi dalam pencernaan makanan dan fungsi nutritif lainnya, serta ikut berperanan dalam proses reproduksi.
            Nukleus adalah struktur yang sangat penting, oleh karena ia merupakan pengatur berbagai fungsi hidup. Nukleus dari beberapa jenis hampir  seluruhnya  terdiri dari  ; khromatin sedangkan dari beberapa jenis  lain  nukleus terdiri  dari ; membran inti yang berisi cairan nukleus dimana terdapat kariosoma. Nukleus memegang peranan  dalam fungsi perkembangbiakan kelas rhizopoda. Struktur dan morfologi dari nukleus dipakai sebagai pedoman untuk membedakan spesies dari berbagai jenis parasit.  Nukleus berfungsi untuk mengatur metabolisme dan mempertahankan generasinya. Nukleus juga dapat digunakan untuk membedakan dari spesies yang satu  dengan species yang lain dan untuk  mempelajari genetika parasit. Pada umumnya protozoa mempunyai satu inti, akan tetapi kelas Ciliata mempunyai dua buah inti, yaitu ; makronukleus dan mikronukleus, beberapa jenis protozoa mempunyai kinetoplas yang dapat berbentuk blefaroplas atau benda parabasal, yang merupakan inti pelengkap.

            Klasifikasi protozoa 
            Kelas Rhizopoda adalah protozoa yang melakukan pergerakan dengan menggunakan pseudopodi, sedangkan kelas Mastigophora menggunakan flagel sebagai alat geraknya. Kelas Ciliata bergerak dengan menggunakan silia atau rambut getar yang pendek, Sporozoa adalah kelas protozoa yang tidak mempunyai alat gerak sendiri.
            Menurut Chatterjee (dalam Soedarto (1990) protozoa secara sistematik diklasifikasikan berdasarkan tingkat pergerakannya dan alat-alat gerak yang digunakan diklasifikasikan sebagai berikut :
            Gambar Klasifikasi Protozoa 


            Bentuk Protozoa
            Berdasarkan siklus hidupnya protozoa mempunyai dua macam bentuk umum, yaitu bentuk aktif berupa tropozoit dan yang tidak aktif  berupa kista. Pada bentuk kista parasit terbungkus dalam dinding yang tebal sehingga tidak dapat bergerak sendiri, tidak dapat tumbuh dan tidak mampu memperbanyak diri. Tetapi bentuk ini dapat bertahan terhadap berbagai pengaruh lingkungan di luar tubuh parasit, misalnya pengaruh temperatur yang tinggi, kekeringan, kelembaban tinggi, bahan-bahan kimia dan sebagainya. Stadium kista merupakan stadium infektif protozoa yang dapat menular dari penderita ke orang lain.

            Reproduksi protozoa
            Bentuk tropozoit merupakan bentuk yang mampu memperbanyak diri, dan di dalam proses reproduksi protozoa dapat melaksanakan dengan cara sebagai berikut ; 

            Seksual ; secara seksual reproduksi terjadi dengan cara protozoa mengadakan multiplikasi antar sel kelamin jantan dan betina, dapat terjadi dengan cara sebagai berikut ; a) konjugasi; suatu cara multiplikasi yang melibatkan dua individu protozoa mengadakan penyatuan diri untuk sementara waktu, guna memberi kesempatan pada kedua individu melakukan pertukaran material inti masing-masing protozoa, kemudian kedua individu protozoa tersebut memisahkan diri kembali dalam bentuk individu yang lebih muda. b) Syngami; suatu cara multiplikasi dengan cara bersatunya dua sel kelamin jantan berbeda (disebut gamet) secara tetap untuk kemudian diikuti dengan fusi material inti masing-masing, hasil fusi gamet ini disebut zigot. 

            Aseksual ; reproduksi secara aseksual protozoa mengadakan multiplikasi dengan cara pembelahan, sebagai berikut ;  a) Simple binary fission ; proses reproduksi terjadi pada setiap individu parasit yang membelah diri menjadi dua, akan mengawalinya dengan mengadakan penggandaan pada semua struktur organ-organnya. b) Multiple fission (schizogony) ; dimana setiap individu protozoa akan terbentuk lebih dari dua individu baru, misalnya terjadi pada reproduksi plasmodium genus penyebab penyakit malaria.  c) Endodiogeni ; merupakan bentuk pembelahan, dimana sel mengalami pertunasan tunggal dan menghasilkan 2 sel anak (contohnya terjadi pada Toxoplasma).
              Siklus Hidup
              Siklus hidup protozoa dapat berlangsung secara aseksual dan kemudian diikuti oleh tahap seksual, bila dalam siklus hidup tersebut harus mengalami pergantian hospes, atau dapat juga tahap aseksual diikuti oleh tahap kista. Umumnya reproduksi seksual terjadi pada tuan rumah yang berbeda dengan tuan rumah tempat terjadinya reproduksi aseksual. Protozoa yang tidak membutuhkan hospes kedua untuk melengkapi siklus hidupnya, di antaranya adalah ; Rhizopoda, Flagellata dan Ciliata. Sedangkan yang membutuhkan hospes kedua untuk melengkapi siklus hidupnya adalah Trypanosoma, Leishmania dan Plasmodium.



              Tugas untuk mahasiswa ; jawab pertanyaan berikut ;
              1. menjelaskan pengertian protozoa  
              2. menyebutkan ciri-ciri utama morfologi protozoa  
              3. menjelaskan sifat alat motorik tiap kelas protozoa  
              4. menjelaskan patologi & gejala umum yang disebabkan oleh protozoa  
              5. menjelaskan terjadinya proses penularan dan upaya pencegahan.

                Kamis, 26 Agustus 2010

                Etika dan Kode Etik Penelitian Kesehatan

                Posted by : Ahmad Phany Musyaffa

                Pendahuluan
                Setiap Mahasiswa dan peneliti, dapat dipastikan selalu berkecimpung dalam dunia penelitian ilmiah kesehatan. Oleh sebab itu sedikit banyaknya, akan mengalami kendala, aspek hukum, etika, kode etik dan ancaman atas penggunaan informasi baik data, hasil pengujian dan hasil pemeriksaaan fisik, hasil wawancara yang berhubungan dengan pasien yang diminta data dan informasinya.
                Oleh sebab itu perlunya perlindungan hukum melalui komis etik penelitian kesehatan sehingga apabila mengalami masalah akan dilindungi dan dibela oleh komisi etik kesehatan/kedokteran.
                Melalui tulisan ini saya secara ringkas membahas sedikit tentang komisi etik ini. Tulisan ini hanyalah ringkasan saja dan seperlunya saja untuk memberikan informasi tata cara mengurus etik penelitian. Namun selain mendapatkan perlindungan hukum, juga perlu mendapatkan bantuan dan rekomendasi dari Badan Resmi pemerintah : Badan Kesbanglitda setempat. Untuk bidang penelitian pre klinik seperti laboratorium klinik, maka hampir dapat dipastikan 85% langsung berhubungan dengan subjek penelitian/pasien. Penggunaan nama, informasi tanggal lahir, umur, jenis kelamin, alamat pasien, hasil pemeriksaan lab (parameter hasil lab), dokter yang merawat dan instansi pemeriksaan merupakan suatu komponen yang harus di rahasia kepada publik karena menyangkut nama baik seseorang dan tidak boleh dipublikasikan. Namun dalam pendeskripsiannya harus menggunakan "kode tertentu" dalam upaya menyamarkannya.
                Dalam isian berkas proposal komisi etik, juga dicantumkan efek yang terjadi setelah melakukan kegiatan klinik kepada pasien dan cara pertolongan pertama atas kejadian malpraktek, hingga tanggung jawab moral dan biaya apabila pasien sampai harus dirawat di Rumah Sakit. Ada anggapan bahwa peneliti laboratorium kesehatan/klinik tidak langsung katanya melakukan pengambilan darah, tidak langsung bertatap muka dengan pasien, tapi hanya menggunakan darah yang telah diambil oleh petugas laboratorium, jadi aman katanya dari aspek kode etik yang menyalahkan. Anggapan ini merupakan salah, sebenarnya yang paling penting adalah kita sebagai peneliti memakai data pasien, hasil spesimen pasien merupakan suatu kondisi fatal yang apabila pasien tidak memberikan persetujuan maka dapat dituntut di depan pengadilan apabila merugikan pasien. Melalui komisi etik, pemberian informasi berupa penjelasan secara teks/lisan kepada pasien dan pengisian lembar persetujuan pasien ikut penelitian (informed consent) merupakan upaya perlindungan hukum yang aman ditambah dengan ijin dari Badan Kesbanglitda/Kesbanglitmas/Kesbanglinmas.
                Didalam tubuh Komisi Etik Kesehatan/Kedokteran sendiri terdiri atas beberapa elemen yaitu : FK, IDI, Keperawatan, Farmasi, FKG, FKH/Kedokteran hewan, Ahli Hukum kesehatan dan Lawyer yang Independent. Komisi etik ini secara penuh akan membela peneliti yang bermasalah dengan kondisi penelitian atas aspek hukum yang dilontarkan oleh pihak-pihak yang merasa tidak suka/dirugikan.

                Tujuan : Agar penelitian yang akan dilaksanakan terlindung secara aspek hukum dan sesuai kaidah kode etik kedokteran/kesehatan.

                Tahapan :
                1) Mahasiswa/peneliti yang akan meneliti dan telah mengajukan/presentasi proposalnya kemudian mengajukan surat permohonan ke Komisi Etik FK. 2) Kemudian akan dihadapkan pada jenis penelitian : Penelitian Uji Klinik dan Penelitian Sosial Budaya Kesehatan. 3) Dilakukan pengisian blanko sesuai dengan judul proposal yang dimiliki, 1 rangkap proposal asli, ringkasan proposal, Team dalam penelitian (peneliti utama, peneliti pertama dan peneliti tambahan), Ijin dari Pembimbing Peneliti, Biodata Riwayat Hidup dan Pekerjaan peneliti, Naskah Penjelasan Kepada Subjek Untuk Penelitian, Formulir Persetujuan Setelah penjelasan, Susunan Peneliti, Nama dan nomor handphone peneliti, Deskripsi Penelitian, Alat Bahan yang digunakan dan Skema Penelitian. 4) Pembayaran biaya komisi Etik FK. 5) Kemudian akan dilakukan sidang Komisi Etik FK oleh seluruh pengurus komisi etik untuk dikoreksi dan diputuskan berkas yang telah diajukan. 6) Peneliti akan dihubungi untuk dilakukan beberapa perbaikan proposal dan ajuan komisi etik FK. 7) Setelah perbaikan, maka akan dilakukan sidang lagi untuk kedua kalinya dan memutuskan siapa dari team Komisi Etik yang akan bertanggung jawab dan mensurvei saat penelitian dilakukan. 8) Surat Rekomendasi Penelitian di simpan dan diserahkan ke lahan penelitian untuk dapat diketahui. Pengisian Informed Consent kepada subjek penelitian dan ditanda tangani oleh subjek disertai oleh 2 orang saksi. 9) Setelah penelitian selesai maka peneliti wajib lapor kembali ke komisi etik FK sebagai pelaporan. 10) Segala data dan informasi pasien hanya boleh diakses oleh penelitian dan tidak ada satupun yang boleh mengetahui nama dan identitas pasien yang menjadi subjek penelitian.

                Penutup Setiap melakukan penelitian terhadap subjek manusia maka perlu memiliki komisi etik kedokteran. Sebagai seorang petugas kesehatan yang baik dan bermoral, maka sebaiknya mentaati segala aturan kode etik kedokteran. Demikian uraian singkat ini semoga bermanfaat bagi anda yang ingin melakukan penelitian.

                Minggu, 22 Agustus 2010

                Protozoa

                Protozoa umumnya bersifat aerobik nonfotosintetik, tetapi beberapa protozoa dapat hidup pada lingkung anaerobik misalnya pada saluran pencernaan manusia atau hewan. Protozoa aerobik mempunyai mitokondria yang mengandung enzim untuk metabolisme aerobik, dan untuk menghasilkan ATP melalui proses transfer elektron dan atom hidrogen ke oksigen. Protozoa umumnya mendapatkan makanan dengan memangsa organisme lain (bakteri) atau partikel organik, baik secara fagositosis maupun pinositosis. Protozoa yang hidup di lingkungan air, maka oksideng dan air maupun molekul-molekul kecil dapat berdifusi melalui membran sel. Senyawa makromolekul yang tidak dapat berdifusi melalui membran, dapat masuk sel secara pinositosis. Tetesan cairan masuk melalui saluran pada membran sel, saat saluran penuh kemudian masuk ke dalam membrane yang berikatan denga vakuola. Vakuola kecil terbentuk, kemudian dibawa ke bagian dalam sel, selanjutnya molekul dalam vakuola dipindahkan ke sitoplasma. Partikel makanan yang lebih besar dimakan secara fagositosis oleh sel yang bersifat amoeboid dan anggota lain dari kelompok Sarcodina. Partikel dikelilingi oleh bagian membran sel yang fleksibel untuk ditangkap kemudian dimasukkan ke dalam sel oleh vakuola besar (vakuola makanan). Ukuran vakuola mengecil kemudian mengalami pengasaman. Lisosom memberikan enzim ke dalam vakuola makanan tersebut untuk mencernakan makanan, kemudian vakuola membesar kembali. Hasil pencernaan makanan didispersikan ke dalam sitoplasma secara pinositosis, dan sisa yang tidak tercerna dikeluarkan dari sel. Cara inilah yang digunakan protozoa untuk memangsa bakteri. Pada kelompok Ciliata, ada organ mirip mulut di permukaan sel yang disebut sitosom. Sitosom dapat digunakan menangkap makanan dengan dibantu silia. Setelah makanan masuk ke dalam vakuola makanan kemudian dicernakan, sisanya dikeluarkan dari sel melalui sitopig yang terletak disamping sitosom.

                Protozoa dibagi menjadi 4 kelas berdasarkan alat gerak: 1). Rhizopoda (Sarcodina),alat geraknya berupa pseudopoda (kaki semu) Bergerak dengan kaki semu (pseudopodia)yang merupakan penjuluran protoplasma sel. Hidup di air tawar, air laut, tempat-tempat basah, dan sebagian ada yang hidup dalam tubuh hewan atau manusia.Jenis yang paling mudah diamati adalah Amoeba.Ektoamoeba adalah jenis Amoeba yang hidup di luar tubuh organisme lain (hidup bebas), contohnya Ameoba proteus, Foraminifera, Arcella, Radiolaria.Entamoeba adalah jenis Amoeba yang hidup di dalam tubuh organisme, contohnya Entamoeba histolityca, Entamoeba coli. Amoeba proteus memiliki dua jenis vakuola yaitu vakuola makanan dan vakuola kontraktil. Entamoeba histolityca menyebabkan disentri amuba (bedakan dengan disentri basiler yang disebabkan Shigella dysentriae). Entamoeba gingivalis menyebabkan pembusukan makanan di dalam mulut radang gusi (Gingivitis). Foraminifera sp. fosilnya dapat dipergunakan sebagai petunjuk adanya minyak bumi. Tanah yang mengandung fosil fotaminifera disebut tanah globigerina. Radiolaria sp. endapan tanah yang mengandung hewan tersebut digunakan untuk bahan penggosok. 2). Flagellata (Mastigophora),alat geraknya berupa nagel (bulu cambuk).Bergerak dengan flagel (bulu cambuk) yang digunakan juga sebagai alat indera dan alat bantu untuk menangkap makanan, dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu : Fitoflagellata Flagellata autotrofik (berkloroplas), dapat berfotosintesis. Contohnya : Euglena viridis, Noctiluca milliaris, Volvox globator.Zooflagellata. Flagellata heterotrofik (Tidak berkloroplas).Contohnya : Trypanosoma gambiens, Leishmania dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu: a) Golongan phytonagellata; Euglena viridis (makhluk hidup peralihah antara protozoa dengan ganggang) ; Volvax globator (makhluh hidup peralihah antara protozoa dengan ganggang) - Noctiluca millaris (hidup di laut dan dapat mengeluarkan cahaya bila terkena rangsangan mekanik). B). Golongan Zooflagellata, contohnya : Trypanosoma gambiense dan Trypanosoma rhodesiense. Menyebabkan penyakit tidur di Afrika dengan vektor (pembawa) Þ lalat Tsetse (Glossina sp.) Trypanosoma gambiense vektornya Glossina palpalis Þ tsetse sungai Trypanosoma rhodeslense vektornya Glossina morsitans Þ tsetse semak - Trypanosoma cruzl Þ penyakit chagas - Trypanosoma evansi Þ penyakit surra, pada hewan ternak(sapi). - Leishmaniadonovani Þ penyakit kalanzar - Trichomonas vaginalis Þ penyakit keputihan. 3) Ciliata (Ciliophora),alat gerak berupa silia (rambut getar). Anggota Ciliata ditandai dengan adanya silia (bulu getar) pada suatu fase hidupnya, yang digunakan sebagai alat gerak dan mencari makanan. Ukuran silia lebih pendek dari flagel.Memiliki 2 inti sel (nukleus), yaitu makronukleus (inti besar) yang mengendalikan fungsi hidup sehari-hari dengan cara mensisntesis RNA, juga penting untuk reproduksi aseksual, dan mikronukleus (inti kecil) yang dipertukarkan pada saat konjugasi untuk proses reproduksi seksual. Ditemukan vakuola kontraktil yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan air dalam tubuhnya. Banyak ditemukan hidup di laut maupun di air tawar. Contoh : Paramaecium caudatum, Stentor, didinium, Vorticella, Balantidium coli. Paramaecium caudatum disebut binatang sandal, yang memiliki dua jenis vakuola yaitu vakuola makanan dan vakuola kontraktil yang berfungsi untuk mengatur kesetimbangan tekanan osmosis (osmoregulator). Memiliki dua jenis inti Þ Makronukleus dan Mikronukleus (inti reproduktif). Cara reproduksi, aseksual (membelah diri), seksual (konyugasi). Balantidium coli menyebabkan penyakit diare. 4) Sporozoa,adalah protozoa yang tidak memiliki alat gerak. Cara bergerak hewan ini dengan cara mengubah kedudukan tubuhnya. Pembiakan secara vegetatif (aseksual) disebut juga Skizogoni dan secara generatif (seksual) disebut Sporogoni. Genus yang berhubungan dengan kesehatan manusia adalah Toxopinsma dan Plasmodium.. Tidak memiliki alat gerak khusus, menghasilkan spora (sporozoid) sebagai cara perkembangbiakannya. Sporozoid memiliki organel-organel kompleks pada salah satu ujung (apex) selnya yang dikhususkan untuk menembus sel dan jaringan inang. Parasit hidup pada manusia dan hewan. Contoh : Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae,Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium knowlesi.

                Soal Modul 2

                Posted By Muhamad Muslim : Modul Protozoologi.2.2.08.10 

                Pertanyaan
                1.      Jelaskan bagaimana ciri utama tiap kelas protozoa.
                2.      Jelaskan prinsip dasar klasifikasi protozoa.
                3.      Sebutkan minimal 2 spesies tiap kelas protozoa.
                4.      Jelaskan fungsi motorik tiap kelas
                5.      Sebutkan morfologi utama tiap genus & spesies Rhizopoda intetinalis.
                6.      Jelaskan sifat utama tiap genus & spesies Rhizopoda intetinalis.
                7.      Jelaskan pathogenesis utama tiap spesies Rhizopoda intetinalis.
                8.      Jelaskan distribusi penyebaran penyakit tiap spesies Rhizopoda intetinalis.
                9.      Jelaskan cara isolasi tiap spesies Rhizopoda intetinalis.
                10.  Sebutkan perbedaan utama tiap genus & spesies Rhizopoda intestinalis.
                11.  Sebutkan morfologi Rhizopoda atrial.
                12.  Jelaskan sifat utama Rhizopoda atrial.
                13.  Jelaskan pathogenesis Rhizopoda atrial.
                14.  Jelaskan distribusi penyakit Rhizopoda atrial.menjelaskan cara isolasi Rhizopoda atrial

                Rhizopoda Non Patogen

                Posted by Muhamad Muslim : Modul Protozoologi.2.2.08.10

                Entamoeba coli
                Entamoeba coli merupakan parasit usus besar, frekuensi 10 – 30% di dunia. Lingkaran hidup sama E.histolytica, hanya saja untuk Entamoeba coli tidak terdapat ekstra Intestinal.
                Morfologi berbentuk tropozoit dan kista. Bentuk tropozoit berukuran 20 – 40 µm, Ektoplasma dan endoplasma tidak memiliki batas yang jelas, pseudopodia agak membulat, gerakannya lambat dan tidak bertujuan. dalam Endoplasma ; didapatkan adanya bakteri-bakteri, khromatin body, sel-sel tumbuh-tumbuhan, eritrosit tidak ada. Nukleus (inti) ; letak kariosome eksentrik, perifer khromatin kasar (membran inti kasar), dan terdapat halo. Bentuk kista berukuran 10 – 33 µm, berbentuk bulat, dinding jelas refraktil dan berlapis dua. Inti antara 1 – 8 dengan kariosom eksentrik. Inklusi hanya merupakan batang kromodial yang ramping rudimenter. Bentuk kista pada stadium dewasa (matur) terdapat 8 inti. Diagnosa laboratorium ; sama seperti Entamoeba histolytica.

                Entamoeba gingivalis
                Entamoeba gingivalis hanya mempunyai bentuk stadium tropozoit saja. Bentuk tropozoit berukuran 5 – 35 µm dan rata-rata 15 µm, Ektoplasma kelihatan jelas dan jernih, dalam Endoplsma terdapat : leukosit, kadang-kadang eritrosit banyak. Nukleus (inti) didapatkan adanya halo yang mengelilingi inti. Pseudopodia biasanya tumpul dan jernih, sering dibentuk dengan mendadak. Keaktifan sedang, kadang-kadang progresif.
                Siklus hidupnya mempunyai habitat pada rongga mulut, dan sering ditemukan pada gigi berlubang dan kantong gingiva. Sifat yang paling khas yaitu adanya banyak vakuole makanan di dalam sitoplsma dan juga benda-benda yang mudah dipulas, berupa sisa-sisa inti dari sel yang telah rusak. Amoeba ini di temukan dalam jumlah 10% pada orang-orang dengan mulut yang sehat, sampai 95% pada orang-orang dengan gigi yang rusak dan gusi yang sakit.

                Endolimax nana
                Endolimax nana merupakan parasit komensal usus didunia berkisar 10 – 20%, kecil, gerak lambat, inti khas dan kista berinti empat dan bentuknya tidak teratur. Endolimax nana mempunyai ukuran 6–12 µm dan rata-rata 8 µm, Endoplasma bergranula, nukleus tidak dapat dibedakan, yang menentukan diagnosa adalah bentuknya yang kecil dan pseudopodianya kecil seperti knop. Endolimax nana mempunyai bentuk tropozoit dan kista.
                Bentuk tropozoit berukuran 6 – 12 µm (rata-rata 8 µm), pergerakan lamban,  Ektoplasma sedikit / tidak jelas kelihatan, pseudopodia tumpul, sebagian besar granula. Endoplasma mempunyai sitoplasma granuler dengan partikel makanan, bakteri, kristal, sel tumbuh-tumbuhan sering dalam vacuole, dan tidak makan sel darah merah. Inti umumnya tidak tampak / tidak begitu jelas.
                Bentuk kista mempunyai ukuran 5 – 14 µm, berbentuk oval, dengan dinding kista tipis, glikogen dan batang kromidial tidak ada. Nukleus berbentuk lonjong, disebut inti endolimax, jumlah 4 buah (pada salah satu kutub), kariosom berbentuk tidak teratur, dan antara kariosom dengan nukleus membrana terdapat benang-benang. Diagnosa laboratorium ; sama seperti pemeriksaan Entamoeba histolytica.

                Iodamoeba butschlii
                Iodamoeba butschlii frekuensi kasusnya sebanyak ± 8% pada manusia, berinti khas, kista tidak teratur dan benda glikogen yang besar dalam kista berinti 1. Iodomoeba butschlii mempunyai pseudopodia tumpul dan dikeluarkan sekonyong-konyong, mempunyai 3 bentuk stadium, yakni : bentuk tropozoit, prekista, dan kista.
                Bentuk tropozoit berukuran 6 – 20 µm (rata-rata 10 µm), ektoplasma sedikit/hampir tidak terlihat, pergerakan agak aktif dengan pseudopodia tumpul dan jernih, endoplsma mempunyai sitoplasma granuler dengan partikel makanan, bakteri, kristal, sel tumbuh-tumbuhan, sering dalam vakuole. Dan tidak makan sel darah merah. Inti berbentuk khas dan bulat, kariosom berbentuk bulat dan letaknya di tengah-tengah, hampir memenuhi inti, antara kariosom dan inti terdapat benang-benang dan terdapat halo.
                Bentuk kista berukuran 5 – 18 µm, dengan bentuk ireguler. Glikogen vakuole berbatas tegas dan jelas, serta batang kromidial tidak ada. Jumlah inti hanya 1, kecuali kista yang akan pecah terdapat 2 inti. Diagnosa laboratorium ; sama seperti pemeriksaan E.histolytica

                Dientamoeba fragilisadalah amuba usus kecil yang hanya ditemukan dalam bentuk tropozoit, terdapat dua inti. Hanya dapat dikenal pada tinja segar yang cair atau lembek. Bentuknya bulat pada saat tidak bergerak, bergerak cepat dengan pseudopodium yang multipel dan berbentuk seperti daun, kadang ada yang mengandung rbc. Pada beberapa orang sebagai penyebab diare sedang yang terus menerus, tetapi tidak berdampak buruk. Dientamoeba fragilis mempunyai ukuran 6–18 µm dan rata-rata 12 µm. Ektoplasma jernih, nukleus kelihatan tidak begitu jelas. sukar dibedakan dengan Entamoeba histolytica, kecuali dengan pewarnaan Iron Hematoksilin.  
                Dientamoeba fragilismempunyai sifat-sifat sebagai berikut : 1) Hidup di dalam usus, sampai sekarang belum diketahui mengenai patogenitasnya. 2) Bentuk tropozoit mempunyai 1 atau 2 inti. 3) Tidak mempunyai bentuk kista atau tidak membentuk kista. 4) Bentuk stadium tropozoit merupakan bentuk stadium menular yang infektif. Satu-satunya tuan rumah adalah manusia. 5) Bentuk tropozoit berukuran 9 – 12 µm dan rata-rata 5-15 µm.

                Endoplasma kelihatan lebih jelas, dan pseudopodia seperti daun dan jernih.Endoplasma mempunyai sitoplasma granuler dengan partikel makanan, bakteri. Terdapat kristal, sel tumbuh-tumbuhan, sering dalam vacuole, dan tidak makan sel darah merah. Tropozoit dewasa berinti 2, kumpulan bercak-bercak. Diagnosa laboratorium. ; sama seperti pemeriksaan Entamoeba histolytica.

                Selasa, 17 Agustus 2010

                Pengobatan dan Pencegahan E. histolitica


                Posted By Muhamad Muslim : Modul Protozoologi.2.2.08.10

                Pengobatan

                Supportive therapy.
                Terapi ini berhubungan dengan sifat virulensi amoeba. Biasanya dengan menggunakan diet tinggi protein dan rendah karbohidrat, yaitu : tinggi protein, akan mempertinggi daya tahan host (tuan rumah), dan rendah karbohidrat, akan menurunkan virulensi amoeba.


                Causual Therapy.

                Kausal terapi ini ditujukan terhadap : parasitnya, bakteri yang associde, dan kuman-kuman yang menyebabkan sekunder infeksi. Obat amebisid yang penting adalah :

                Emetin Hidroklorida ;
                Obat ini berkhasiat terhadap bentuk tropozoit. Pemberian emetin ini hanya efektif bila diberikan secara parenteral, karena pada pemberian secara oral absorbsinya tidak sempurna. Toksisitasnya relatif tinggi, terutama terhadap otot jantung. Dosis : Dewasa maksimum 65 mg sehari, Anak < 8 tahun 10 mg sehari. Lama pengobatan 4 sampai 6 hari. Pada orang tua dan orang yang sakit berat, dosis harus dikurangi. Pemberian emetin tidak dianjurkan pada wanita hamil, pada penderita dengan gangguan jantung dan ginjal.
                Dehidroemetin
                Relatif kurang toksik dibanding dengan emetin dan dapat diberikan secara oral. Dosis maksimum adalah 0,1 gram sehari, diberikan selama 4 sampai 6 hari. Emetin dan dehidroemetin efektif untuk pengobatan abses hati (amebiasis hati).
                Klorokuin
                Obat ini merupakan amebisid jaringan, berkhasiat terhadap bentuk histolitika. Efek samping dan efek toksiknya bersifat ringan, antara lain mual, muntah, diare, sakit kepala. Dosis untuk orang dewasa adalah 1 gram sehari selama 2 hari, kemudian 500 mg sehari selama 2 sampai 3 minggu. Obat ini juga efektif terhadap amebiasis hati.
                Antibiotik ; tetrasiklin dan eritromisin 
                Bekerja secara tidak langsung sebagai amebisid dengan mempengaruhi flora usus.
                Paromomisin
                Bekerja langsung pada ameba. Dosis yang dianjurkan adalah 25 mg/kg berat badan/ hari selama 5 hari, diberikan secara terbagi.
                Metronidazol (Nitroimidazol)
                Merupakan obat pilihan, karena efektif terhadap bentuk tropozoit dan kista. Efek sampingnya ringan, antara lain mual, muntah, dan pusing. Dosis untuk orang dewasa adalah 2 gram sehari selama 3 hari berturut-turut, diberikan secara terbagi.


                Pencegahan

                Pencegahan dilakukan dengan meningkatkan level sanitasi dan menurunkan jumlah kista passer, yang ada pada : convalescent carrier dan symptomatic carrier, juga dapat dari penderita-penderita dengan keluhan-keluhan obstipasi.


                Diet tinggi karbohidrat, rendah protein mempermudah  timbulnya disentri amuba pada binatang percobaan dan kasus manusia yang dikenal. Tindakan pengawasan terdiri dari perbaikan sanitasi lingkungan dan makanan. Pengobatan pembawa amuba masih dipertentangkan, walaupun telah disetujui bahwa orang-orang ini sebaiknya dicegah sebagai pengurus makanan. Bahaya perubahan dari infeksi lumen asimptomatis ke penyakit jaringan invasif serta kemungkinan kontaminasi lingkungan sebaiknya dipikirkan dalam memutuskan perlu tidaknya pengobatan bagi pengeluar kista asimptomatik. Tidak ada obat yang memuaskan dan tidak membahayakan sepenuhnya untuk kemoprofilaksis  dan campuran obat diperlukan untuk mengatasi problema terapi dan pengobatan amubiasis tetap dalam keadaan tidak memuaskan.

                Diagnosis Laboratorium E. histolitica

                Posted By Muhamad Muslim : Modul Protozoologi.2.2.08.10

                Sediaan langsung tanpa pewarnaan.
                Sampel feses yang diterima sebelum periksa secara mikroskopis terlebih dahulu harus diperiksa makroskopis mengenai : warna, bau, konsistensi, terikut tidaknya lendir, darah, larva, cacing dewasa, atau proglottid.

                Teknik pemeriksaan : 
                - Sediakan objek glass yang bersih dan kering.   
                - Teteskan pada bagian kiri dan kanan objek masing-masing tetes air garam faal (jarak ± 4 cm)  
                - Ambil sedikit feses (bagian berlendir) dengan lidi, lalu diusap-usapkan pada tetesan-tetesan air garam tsb.  
                - Tutup, masing-masing sediaan dengan cover glass.   
                - Periksa dibawah mikroskop, mula-mula dengan lensa lemah selanjutnya dipertegas dengan lensa kuat.
                   Sediaan langsung pewarnaan jodium (luqol) atau Eosin 2% 
                  Reagensia ; Potasium Iodine (KJ) 1,0 gram ; Jodium kristal (J2) 1,5 garam ; Aquadest 100,0 cc. Larutan tersebut harus berwarna merah anggur, jika terlalu pekat bisa ditambah sedikit aquadest dan jika terlalu terang supaya dtambahkan KJ. Simpan larutan tersebut dalam botol yang berwarna coklat.
                  Zat warna eosin bukanlah mewarnai sediaan, tetapi hanya melatar belakangi saja untuk memudahkan menemukan parasit, terutama tropozoit atau kista, sedang pewarnaan dengan jodium memudahkan identifikasi parasit.

                  Teknik pemeriksaan : 
                  - Sediakan objek yang bersih dan kering.   
                  - Pada tiap sisi sediaan  teteskan 1 tetes eosine 2% dan 1 tetes  jodium/luqol (jarak ± 4 cm).   
                  - Ambil sedikit feses atau bagian yang berlendir, lalu diusap-usapkan pada tetesanan lugol dan eosin tersebut
                  - Masing-masing dicampur (jangan sampai sediaan 1 tercampur dengan sediaan 2).   
                  - Tutup masing-masing sediaan dengan cover glass.   
                  - Periksa dibawah mikroskop, mula-mula dengan lensa lembek selanjutnya dipertegas dengan lensa kuat.
                     Sediaan langsung pewarnaan Iron Haematoxyline.
                    Larutan Schaudine terdiri dari larutan jenuh HgCl2 dalam air : 200,0 cc + Alkohol 95% : 100,0 cc, bila akan digunakan, tiap-tiap 100 cc larutan tersebut ditambah dulu dengan 5 cc asam acetat glaside.


                    Teknik pemeriksaan : 
                    - Buat beberapa sediaan tipis dari feses dengan stapel kayu.   
                    - Celupkan kedalam larutan Schaudine selama 10 menit (gunakan gelas kopi)  
                    - Angkat dan celupkan ke dalam 70% alkohol selama 10 menit, kemudian.   
                    - Angkat dan celupkan ke dalam 70% alkohol jodium (warna merah anggur) selama 10 menit.   
                    - Angkat dan celupkan ke dalam 50% alkohol selama 10 menit.   
                    - Angkat dan celupkan ke dalam 30% alkohol selama 10 menit.   
                    - Angkat dan masukkan kedalam larutan warna alumbesi (ironalum) 2% selama 2 jam (kristal violet).   
                    - Cuci dengan air kran yang mengalir  selama 15 menit.   
                    - Selanjutnya sediaan dimasukkan larutan hematoxyline 0,5%.   
                    - Cuci dengan air kran yang mengalir.  
                    - Angkat dan masukkan kedalam larutan warna alumbesi (ironalum) 2% selama 2 jam (kristal violet).   
                    - Cuci dengan air kran yang mengalir selama 20 menit.   
                    - Sediaan dimasukkan secara berturut-turut kedalam : 30%, 50%, 70%, 80%, 95% alkohol (tiap 10 menit.
                    - Celupkan kedalam xylol.
                    - Mounting dengan clarite dan tutup dengan cover glass.


                      Cara konsentrasi NaCl
                      Tinja yang dikeluarkan dengan obat pencahar lebih banyak memberikan hasil positif dari pada feses yang dikeluarkan secara wajar. Cacing dewasa, segmen, cacing pita, larva dan telur dari cacing nematoda usus, trematoda, dan schistosoma, begitu juga protozoa usus dapat diketemukan. Untuk menemukan cacing dewasa atau larvanya, dibuat emulsi feses dengan dengan air lalu disaring dengan kasa untuk menghilangkan bagian-bagian yang kasar.
                      Bila dengan cara sediaan langsung memberikan hasil negatif supaya dicoba dengan cara konsentrasi karena akan lebih banyak memberikan hasil positif.Konsentrasi dengan NaCl baik khususnya untuk pemeriksaan telur-telur nematoda, beberapa trematoda dan kista protozoa. Cara ini didasarkan pada kenyataan bahwa : Berat jenis telur cacing atau kista protozoa lebih ringan dari pada  partikel feses dan dalam larutan NaCl akan mengapung pada permukaan.

                      Teknik pemeriksaan : 
                      - Dalam gelas beker yang kecil dicampur 1 bagian feses dengan 20 bagian larutan NaCl jenuh (37,7 gram NaCl dilarutkan ke dalam H2O sehingga volume  akhir menjadi 100 cc).   
                      - Larutan NaCl ditambah sedikit demi sedikit sambil feses tersebut digerus dengan spatel sampai menjadi emulsi.   
                      - Sesudah 15 – 45 menit dapat diambil dengan oese 1 cm atau cairan permukaan ± 3 tetes untuk selanjutnya dibuat sediaan. Ose yang sudah dipakai harus dibakar untuk memusnahkan sisa-sisa telur/kista.  
                      - Cara lain untuk membuat sediaan adalah dengan meletakkan objek glass diatas gelas beker da kemudian menambahkan larutan NaCl sehingga cairan paling atas menyentuh  obyek glass, lalu dibiarkan 15 – 45 menit. Selanjutnya obyek glass tersebut diangkat dan dibalik. Kemudian ditutup dengan cover glass periksa dibawah mikroskop (dapat juga ditambah eosine atau luqol sebelum ditutup dengan cover glass).
                        Cara Konsentrasi ZnSO4 (Zink Sulfate)
                        - Buat suspensi feses 1 : 10 yaitu 1 bagian feses ± 10 bagian air panas.   
                        - Saringlah suspensi tersebut dengan kain kasa dan filtrat ditampung dalam tabung centrifuge.   
                        - Putar dengan kecepatan 2500 rpm selama 1 menit.   
                        - Supernatant dibuang, sedimennya ditambah dengan 2–3 cc air dan diaduk sampai homogen.   
                        - Putar lagi, supernatant jernih dituang (kalau perlu diulang).   
                        - Tambahkan  3 – 4 cc Zink Sulfate jenuh (33% larutan ZnSO4 ; BJ 1.18),
                        - Aduk hingga homogen & tambahkan ZnSO4 sampai batas 1.5 cm dari permukaan tabung.   
                        - Putar dengan kecepatan tinggi selama 1 menit.   
                        - Pindahkan lapisan atas dari supernatant dengan oese dan taruh diatas obyek glass yang bersih
                        - Seterusnya tambahkan 1 tetes luqol.   
                        - Tutup dengan cover glass, periksa di bawah mikroskop.
                          Pembiakan (Culture)
                          Dalam pemeriksaan dengan culture ini menggunakan media Bock dan Darblain-Arsenic, dengan inkubasi 24–48 jam akan didapatkan hasil kista yang positif atau tropozoit  yang positif.